Strategi Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan Tahan Iklim


Oleh Dafa Zatil Nur Hidayah
Mahasiswi Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Para petani diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi dalam mengatasi permasalahan produksi pangan yang diakibatkan oleh perubahan iklim, dengan mengikuti strategi-strategi seperti perkembangan varietas, penggunaan teknologi terbaru, sistem drip irigasi serta penggunaan biostimulan.

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, kebutuhan pangan pastinya akan semakin meningkat. Sayangnya, perubahan iklim yang signifikan menghambat proses produksi tanaman pangan, yang menghalangi para petani untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut.

Fenomena yang terjadi akibat perubahan iklim ini memiliki pengaruh yang besar terhadap proses produksi tanaman pangan, khususnya tanaman pangan padi. Karena tanaman padi adalah tanaman pangan yang rentan terhadap perubahan iklim seperti kekeringan dan kebanjiran. Jika proses produksi tanaman padi terhambat, maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia yang sangat besar.

Perubahan iklim ekstrem yang disebabkan oleh El Nino pada tahun 2023 menjadi salah satu perubahan iklim yang menggemparkan dunia baru-baru ini. El Nino merupakan fenomena cuaca yang terjadi akibat dari peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur, di mana suhu menjadi lebih hangat dari biasanya. Fenomena El Nino ini mengakibatkan curah hujan di berbagai belahan dunia berkurang serta memicu terjadinya kekeringan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Fenomena El Nino ini menyebabkan produksi padi di Indonesia menurun sebesar 3,95 juta ton atau setara 17,54 persen di bandingkan tahun sebelumnya. Indramayu menjadi salah satu wilayah yang terkena dampak dari fenomena El Nino. Selain karena El Nino, daerah Indramayu sendiri merupakan daerah yang rentan mengalami kekeringan. Hal ini dikarenakan Indramayu memiliki wilayah yang membentang sepanjang posisi pantai utara Pulau Jawa, sehingga membuat suhu udara di daerah Indramayu cukup tinggi.

Pada saat ini Indramayu menjadi sentra produksi padi di wilayah Jawa Barat, bahkan menjadi salah satu daerah produsen beras yang diperuntukan mendukung pangan nasional. Berdasarkan Data yang dihimpun dari detikJabar, kabupaten Indramayu memiliki luas lahan sawah baku mencapai 125.400 hektare, namun pada Agustus 2023 hanya terealisasi sekitar 119 ribu hektare sawah saja. Sedangkan lebih dari 6 ribu hektare sawah di kabupaten Indramayu mengalami gagal panen, hal ini dikarenakan Indramayu mengalami kekeringan parah di beberapa wilayah. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten Indramayu turun tangan untuk mengatasi kekeringan tersebut dengan mengeluarkan kebijakan mengelola air dengan mendistribusikan air baku dari saluran induk Cipelang. Namun, penanganan tersebut tidak bisa di lakukan dalam jangka waktu panjang. Untuk itu, perlu dilakukannya strategi pengembangan komoditas tanaman pangan yang tahan akan iklim, langkah ini diambil untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia tetap terjaga di tengah ancaman perubahan iklim yang ekstrem. Terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pada produksi tanaman pangan yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Strategi pertama yang dapat dilakukan adalah dengan seleksi genetika. Seleksi genetika menjadi metode yang efektif dalam mengembangkan varietas tanaman pangan yang tahan terhadap kondisi iklim yang ekstrem. Proses seleksi genetika melibatkan identifikasi dan pemilihan gen yang dapat berperan dalam ketahanan terhadap kondisi kekeringan dan kondisi hujan. Berdasarkan Direktorat Jendral Tanaman Pangan, saat ini sudah banyak jenis varietas padi yang tahan akan kondisi kekeringan. Di mana padi lahan irigasi terdiri dari, varietas Inpari 13, 19, 38, 40, 41, 42, 43, 46, Cakrabuana Agritan, Padjadjaran, Siliwangi, Cisaat, M-70D). Sedangkan untuk Padi lahan non irigasi (lahan kering, tadah hujan, padi gogo) yakni (varietas Inpago Lipigo 4, Inpago 4-13, Silugonggo, Batutegi, Towuti, Limboto, Situpatenggang, Situbagendit, IPB 9 G, Rindang 1 Agritan, Rindang 2 Agritan, Jatiluhur, Luhur 1, Luhur 2, Bio Patenggang Agritan, Bio Bestari Agritan, pungkas Yudi Sastro. Varietas-varietas tersebut dibuat untuk mengatasi permasalahan kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim. Selain itu terdapat pula varietas padi yang tahan akan rendaman air yaitu varietas IR64-Sub 1, di mana varietas tersebut telah diuji dan diteliti bisa bertahan di dalam rendaman air.

Tidak hanya itu, penggunaan teknologi produksi juga dapat menjadi strategi pengembangan tanaman pangan tahan iklim. Penggunaan teknologi yang dimodifikasi langsung pada gen tanaman dengan tujuan meningkatkan ketahanannya terhadap stres lingkungan. Contohnya teknologi CRISPR-Cas9, teknologi ini merupakan suatu produk bioteknologi yang memiliki potensi besar untuk merevolusi produksi tanaman pangan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang ekstrem, salah satunya kekeringan.

Teknologi ini mampu menjadikan proses rekayasa genetika organisme semakin presisi, semakin mudah dan murah. Teknologi ini semakin menarik banyak perhatian karena kemudahan serta efektif dalam penggunaannya. CRISPR-Cas9 diciptakan untuk membuat tanaman tahan akan kekeringan dan suhu yang ekstrem. Teknologi ini memiliki cara pakai dengan mengedit gen-gen yang terlibat dalam respons tanaman terhadap stres lingkungan seperti kekeringan, banjir dan suhu tinggi.

Keadaan cuaca yang sulit diprediksi akibat perubahan iklim, dapat diatasi dengan sistem irigasi cerdas berbasis cuaca. Metode irigasi cerdas ini merupakan metode yang menggunakan teknologi sensor data cuaca untuk memantau kelembapan tanah dan kebutuhan air tanaman secara real-time. Dengan memprediksi kebutuhan air pada tanaman yang didasarkan oleh kondisi cuaca. Sistem ini sangat memungkinkan penyiraman yang tepat waktu dengan jumlah yang sesuai, mengurangi penggunaan air secara berlebihan dan memastikan tanaman mendapatkan air yang cukup. Salah satu contoh dari irigasi cerdas adalah teknologi irigasi drip dengan metode Ant Colony Optimization yang di mana mampu melihat kebutuhan mengidentifikasi kondisi air irigasi pada lahan dengan berdasarkan tingkat kekeringan tanah.

Kemudian untuk strategi terakhir adalah dengan pemanfaatan Biostumulan. Biostimulan merupakan senyawa organik alami yang mampu meningkatkan pertumbuhan, fotosintesis dan penyerapan ion pada tanaman. Salah satu pemanfaatan biostimulan adalah dengan menggunakan ekstrak alga. Penggunaan ekstrak alga ini juga menjadi solusi dari permasalahan penggunaan pestisida yang berlebih, di mana sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor.142/Ktps/OT.050/2/2016 yang memuat pembatasan penggunaan pupuk mineral dan pestisida sehingga perlu pendekatan baru untuk mengurangi penggunaan produk kimia. Pemanfaatan ini menjadi salah satu inovasi dalam bidang pertanian yang di mana dapat meningkatkan ketahanan tanaman pangan terhadap stres lingkungan, bahkan dapat meningkatkan hasil panen.

Ekstrak alga mengandung senyawa antioksidan, di mana antioksidan tersebut dapat melindungi sel tanaman dan membantu tanaman mengatasi stres yang diakibatkan oleh kekeringan, suhu yang ekstrem serta salinitas. Selain itu, tanaman yang diberi biostimulan ekstrak alga cenderung menghasilkan hasil panen yang lebih baik dengan kuantitas yang lebih banyak. Cara penggunaan Biostimulan pun tidaklah sulit, hanya dengan mengaplikasikan di tanah dengan cara mencampurkan Biostimulan ke dalam air, lalu disiram ke dalam tanah di sekitar akar atau dengan cara menambahkan cairan biostimulan ke sistem irigasi agar distribusi air merata ke seluruh tanaman di lahan.

Demikian beberapa strategi yang dapat digunakan untuk pengembangan komoditas tanaman pangan tahan iklim. Besar harapan strategi ini dapat menjadi solusi dari permasalahan kondisi iklim yang sulit untuk diprediksi. Para petani juga diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi dalam mengatasi permasalahan produksi pangan yang diakibatkan oleh perubahan iklim, dengan mengikuti strategi-strategi seperti perkembangan varietas, penggunaan teknologi terbaru, sistem drip irigasi serta penggunaan biostimulan. Selain itu, dengan adanya strategi-strategi tersebut, pertanian Indonesia dapat menjadi lebih berkelanjutan. Diharapkan masyarakat dan berbagai pihak dapat memberikan dukungan serta berpartisipasi aktif dalam pengembangan upaya tersebut untuk menjamin bahwa Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan pangannya di masa depan.

By Tim Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Menarik Lainnya