Strategi Menuju Lifting 1 Juta Barrel per Hari

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah membuat peta jalan (roadmap) menuju target produksi minyak bumi 1 juta barrel oil per day (bopd) dan gas bumi 12 billion standard cubic feet per day (bscfd) pada 2030.

Pewarta : Nurul Ikhsan | Editor : Heri Taufik

JakartabisnisID – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyusun beberapa strategi mencapai target produksi minyak bumi 1 juta barrel oil per day (bopd) dan gas bumi 12 billion standard cubic feet per day (bscfd).

Strategi itu, antara lain, dilakukan dengan optimalisasi produksi lapangan eksisting, transformasi resources to production, mempercepat teknologi untuk chemical Enhanced Oil Recovery (EOR), dan eksplorasi secara masif untuk penemuan besar.

“Ini harus didukung kebijakan baru terkait dengan fiskal migas agar menjadi menarik buat investor migas,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif, saat konferensi pers “Capaian Kinerja 2021 dan Program Kerja 2022” di Jakarta, pada 10 Januari 2022.

BACA JUGA : Indonesia Dorong Resiliensi Sektor Pariwisata di G20

Dalam kesempatan itu Arifin menjelaskan saat ini pemerintah telah mengimplementasikan fleksibilitas kontrak migas baik berupa skema gross split maupun cost recovery guna meningkatkan nilai investasi di hulu migas. Di samping itu, Kementerian ESDM juga melakukan perbaikan term and conditions (T&C) kontrak lelang blok migas baru melalui bonus tanda tangan bidablesplit kontraktor hingga 50%, DMO price 100%, tidak ada ceiling cost, kredit investasi, hingga percepatan depresiasi. Pada 2021, sudah terdapat dua blok lelang yang ditetapkan sebagai pemenang (EMP & Husky).

Adapun khusus blok eksisting, melalui Keputusan Menteri ESDM nomor 199 tahun 2021 tentang Pedoman Pemberian Insentif Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sudah dilakukan perbaikan T&C serta meningkatkan IRR yang masih di bawah perencanaan (POD) atau setidaknya pada kisaran 15%.

Selanjutnya dilakukan juga perbaikan pengelolaan dan akses data hulu migas dan penyederhanaan perizinan (online). Keluhan terkait waktu, sekarang sudah mulai dipangkas supaya lebih cepat. Sedangkan terkait insentif fiskal hulu migas, Kementerian ESDM sudah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dalam dua bulan terakhir untuk melakukan perbaikan ketentuan pajak tidak langsung, penyesuaian tarif PPh, dan penerapan imbalan DMO sampai 100%.

Dalam laporannya, Menteri ESDM mengatakan, porsi pemanfaatan gas domestik di tahun 2021 adalah sebesar 66%, jauh lebih besar dibandingkan porsi ekspor. Kebutuhan domestik sendiri banyak diserap oleh industri (27,69%). Total realisasi penyaluran gas bumi di tahun 2021 sebesar 5.684 billion british thermal unit per day (BBTUD).

Di sisi hulu, menurut laporan Menteri Arifin, realisasi lifting minyak hanya mencapai 660 mbopd dan lifting gas 982 mboepd, di mana target lifting migas 2021, terdiri atas lifting minyak sebesar 705 mbopd dan lifting gas 1.007 mboepd. Sedangkan pada target di tahun 2022, lifting minyak 703 mbopd dan lifting gas sebesar 1036 mboepd.

Dalam rangka meningkatkan daya saing industri nasional, terobosan dilakukan melalui implementasi harga gas bumi tertentu untuk industri menjadi USD6/MMBTU di plant gate dengan meningkatkan alokasi pasokan gas bumi di 2021 dari 1.199,8 BBTUD menjadi 1.241 BBTUD.

“Penetapan harga gas akan mendorong terciptanya multiplier effect. Dengan harga gas yang kompetitif akan meningkatkan efisiensi industri nasional serta menarik investasi asing. Ini adalah misi Kementerian ESDM yang bisa menumbuhkan industri serta menyerap lapangan kerja baru,” kata Arifin, dikutip dari Indonesia.go.id.

Sementara itu pada Juli 2021, Arifin pernah menyampaikan empat strategi utama yang perlu dilakukan dan diupayakan oleh seluruh pelaku industri hulu migas dalam mencapai target produksi minyak bumi 1 juta barrel oil per day (bopd) dan gas bumi 12 billion standard cubic feet per day (bscfd) pada 2030. Pertama, mempertahankan level produksi saat ini melalui optimasi produksi pada lapangan eksisting.

Melalui manajemen yang baik, pelaksanaan program kerja yang agresif, masif, serta efektif dan efisien, transisi wilayah kerja alih kelola secara cepat dan efektif, serta reaktivasi lapangan tidak berproduksi, menjadi kunci untuk menahan laju penurunan produksi alamiah di berbagai lapangan migas dengan kondisi mature/brownfield.

Upaya yang kedua, melalui transformasi contingent resources menjadi produksi melalui pengawasan dan pengendalian yang baik terhadap pelaksanaan rencana pengembangan lapangan yang telah disetujui hingga percepatan monetisasi lapangan-lapangan yang belum dikembangkan. Diperlukan pula perhatian khusus untuk pengembangan migas nonkonvensional di Indonesia.

Ketiga, percepatan penerapan pemroduksian tahap lanjut baik secondary maupun tertiary recovery yang diharapkan untuk dapat memberikan kontribusi tambahan produksi minyak bumi nasional. Upaya keempat adalah peningkatan dan percepatan eksplorasi. Hal tersebut menjadi strategi yang tidak kalah penting dalam upaya peningkatan produksi migas nasional.

By Nurul Ikhsan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Menarik Lainnya