Wisata Sejarah Kapiten Cina Pertama Souw Beng Kong

Pewarta : Tim Redaksi | Editor : Nurul Ikhsan

JakartabisnisID, JakartaSouw Beng Kong adalah Kapiten Cina Pertama yang diangkat oleh VOC Belanda dimana pada waktu itu Gubernur Belanda adalah Jenderal JP Coen. Dia dipilih oleh Jendral Belanda untuk menjaga ketertiban saat Belanda hijrah dari Banten ke Batavia pada tahun 1916. Pada saat menjadi Kapiten Souw Beng Kong membangun Kanal Molenvielt yang kini menjadi pemisah Jl. Gajahmada dan Hayam Wuruk.

Dikutip JakartabisnisID dari wikipedia, Souw Beng Kong, Kapitein der Chinezen atau kerap disebut Souw Beng Kong (1580-1644) adalah kapitein Tionghoa pertama di Batavia, sekaligus perintis perekonomian pada awal abad ke-17. Souw Beng Kong lahir di Tong An, Fujian tahun 1580, pada masa Dinasti Ming. Ia seorang tokoh yang diandalkan gubernur jenderal pertama Hindia Belanda, Jan Pieterszoon Coen, saat gagal membuka Batavia sebagai pusat perdagangan.

Beng Kong merupakan pimpinan komunitas Tionghoa di Batavia Hubungan antaretnis demikian erat dan tercatat Beng Kong memiliki dua istri wanita Bali yang memberinya dua putra. Beng Kong mencetak uang tembaga, saudagar kapal, kontraktor, pedagang, dan juga memegang lisensi penyelenggaraan judi di Batavia. Ia adalah sobat dari Jan Pieterszoon Coen dan sering berperan sebagai diplomat dalam hubungan antara Belanda dan pihak Banten-Britania. Dia juga mengembangkan perdagangan antara Formosa (Taiwan) dengan Batavia pada masa akhir dinasti Ming.

Souw Beng Kong dibujuk oleh JP Coen untuk membantunya membangun perekonomian Batavia pasca VOC menaklukan Sunda Kelapa pada 30 Mei 1619. Beng Kong yang sudah terkenal sebagai saudagar sukses dan dihormati di Banten akan sangat dibutuhkan oleh VOC guna menggulirkan ekonomi Batavia dengan mengajak orang-orang Tionghoa ke Batavia. Setelah melalui perundingan dengan orang-orang Tionghoa di Banten, Souw Beng Kong pun akhirnya mengiyakan permintaan JP Coen. Sebanyak 200 orang Tionghoa datang ke Batavia pada gelombang pertama yang akan melonjak menjadi tiga ribuan dalam waktu 30 tahun.

Souw Beng Kong meninggal pada April 1644, dan dikuburkan di kompleks makam keluarga, yang terletak di kebun kelapa miliknya sendiri seluas 20.000 meter persegi. Lokasinya sekarang ada di Gg Taruna, Jl Pangeran Jayakarta sejak tahun 1945. 

Wilayah makam Souw Beng Kong pada abad ke-17 awalnya adalah taman dari kediaman Souw Beng Kong. Pada bagian tengah nisan tertulis dua karakter Tionghoa berbunyi Ming dan Jia. Pada batu peringatan di sebelah nisan tersebut barulah tertulis riwayat orang yang dikuburkan dalam bahasa Belanda bertarikh (1619-1640): “Kapitein Souw Beng Kong”.

Saat ini, batu nisan Tionghoa makam Beng Kong menyembul di tengah perumahan kumuh yang dibelah Gang Taruna yang sempit di sisi Jalan Pangeran Jayakarta. Sepintas, tidak ada yang istimewa karena tak ubahnya pemakaman Tionghoa yang dirambah menjadi perumahan kumuh. Kondisi makan tersebut nyaris tidak terurus, bahkan pernah suatu waktu di atasnya dijadikan kos-kosan.

Tahun 2008, makam tersebut berhasil dipugar oleh Yayasan Kapiten Souw Beng Kong. Lahan di sekitar makam berhasil dibebaskan, keramik lantai dan pagar juga dipasang. Selain itu, gundukan tanah juga diganti dengan yang baru. Disepanjang Jl. Pangeran Jayakarta juga dipasang tiga buah papan petunjuk jalan ke makam. ***

By Tim Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Menarik Lainnya